Selasa, 28 April 2020

Perkembangan Ekonomi Indonesia pada Masa Kemerdekaan

Pada masa kemerdekaan keadaan ekonomi bangsa Indonesia masih belum stabil. Hal tersebut disebabkan oleh masalah-masalah ekonomi yang terjadi pada saat itu. Masalah-masalah itu antara lain;
 Pada masa kemerdekaan keadaan ekonomi bangsa Indonesia masih belum stabil Perkembangan Ekonomi Indonesia pada Masa Kemerdekaan
Source: Pihak Ketiga.
a. Permasalahan Inflasi
Beberapa bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan, bangsa Indonesia mengalami inflasi yang terlalu tinggi (hiperinflasi). Inflasi terjadi karena mata uang Jepang beredar secara tak terkendali. Pada saat itu, pemerintah tidak bisa menyatakan mata uang Jepang tidak berlaku karena belum memiliki mata uang sendiri sebagai penggantinya. Kas Negara pun kosong, pajak & bea masuk sangat kecil. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah mengambil kebijakan berlakunya mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda & mata uang penduduk Jepang.

b. Blokade Laut
Blokade laut yang dilakukan oleh Belanda dimulai pada November 1945. Blokade ini menutup pintu keluar masuk perdagangan bangsa Indonesia. Akibatnya, barang-barang dagangan milik Indonesia tidak bisa diekspor,  & Indonesia tidak bisa memperoleh barang-barang Impor yang sangat dibutuhkan. Tujuan Belanda melakukan Blokade ini adalah untuk meruntuhkan perekonomian Indonesia. Dalam rangka menghadapi blokade laut ini, pemerintah  Indonesia melakukan upaya, antara lain sebagai berikut;
  • Melaksanakan Program Pinjaman Nasional—Program pinjaman nasional dilaksanakan oleh Menteri Keuangan Ir. Surachman dengan persetujuan dari Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat/BP-KNIP. Pinjaman yang direncanakan sebanyak 1 Miliyar rupiah & dibagi atas dua tahap. Pinjaman akan dibayar kembali selambat-lambatnya dalam waktu 40 tahun. Pada Juli 1946, seluruh penduduk Jawa & Madura diharuskan menyetorkan sejumlah uang kepada Bank Tabungan Pos & rumah-rumah pengadaian. Pelaksanaan pinjaman ini dinilai sukses. kesuksesan merupakan bukti dukungan rakyat terhadap negara. Tanpa dukungan & kesadaran rakyat yang tinggi, bisa dipastikan negara akan mengalami kebangkrutan.
  • Melakukan Diplomatik ke India—Pada 1946, Indonesia membantu pemerintah India yang tengah menghadapi bahaya kelaparan dengan mengirimkan beras seberat 500.000 ton. Sebagai imbalannya, pemerintah India menjanjikan akan mengirimkan bahan pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia. Selain bersifat ekonomis, pengiriman bantuan ke India bersifat politis karena India merupakan negara Asia yang paling aktif mendukung perjuangan diplomatik dalam rangka solidaritas negara-negara Asia.
  • Mengadakan Hubungan Dagang Langsung ke Luar Negeri—Usaha mengadakan hubungan dagang ke luar negeri itu dirintis oleh Banking anda Tranding Coperation (BTC), suatu badan perdagangan semipemerintah. BTC berhasil mengadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika Serikat. Dalam transaksi pertama, pihak Amerika Serikat bersedia membeli barang-barang ekspor seperti gula, teh, & karet. Usaha lain untuk mengadakan hubungan dagang langsung ke luar negeri juga dilakukan melalui Sumatera. Tujuan utamanya adalah Singapura & Malaya. Usaha ini dilakukan dengan perahu layar & kapal motor cepat. Pelaksanakan penembusan blokade dilakukan oleh angkatan laut RI dengan bantuan dari pemerintah daerah penghasil barang-barang ekspor. Melalui upaya ini, Indonesia berhasil menjual barang-barang ekspor & memperoleh barang-barang impor yang dibutuhkan.